Here I Am...

Welcome to Rafela's Blog

Kamis, 29 Mei 2008

Proses Bukan Hasil

PROSES BUKAN HASIL


Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Prasyaratnya adalah ikhtiar yang optimal dan do’a yang ikhlas. Hasilnya Allah yang akan menentukan. Ada yang luar biasa dalam memahami proses dan hasil. Hasil adalah konsekuensi logis dan tidak logis (baca: spiritula) dari proses yang diusahakan.

Biasanya manusia kebanyakan menilai kesuksesan dari hasil yang didapat. Berapa banyak deposito di bangk, jumlah rumah, mobil yang memenuhi garasi atau luas perkebuanan yang dimiliki. Penilaian logis atas keberhasilan seseorang dalam kacamata dunia. Namun, ternyata jauh lebih dalam daripada itu terdapat sebuah nilai yang dahsyat yaitu bahwa hasil positif dan negatif yang diberikan adalah sebuah uhian dan proses yang dijalankan-lah yang dilihat oleh Allah.

Dalam kehidupan di dunia, tidak ada hasil akhir karena hasil dari sebuah proses merupakan awalan dari proses yang lain dan begitu seterusnya hingga kematian menjemput. Oleh karena itu betapa beruntungnya manusia yang dinilai dari proses bukan hasil-nya karena jika dinilai dari hasil, maka betapa malangnya semua orang miskin di dunia. Sudah tidak sukses di dunia, amalannya pun dinilai rendah. Ibarat sudah jatuh tertimpa tangga. Segala puji bagi Allah, yang memiliki pola penilaian tertinggi dan hakiki terhadap kehidupan para hambaNya.

Ketika takdir ditetapkan atas diri seorang manusia, pamahaman dasar ini-lah yang membuatnya mampu mengimplementasikan sikap sabar dan syukur secara proposional. Ketakutan (khauf) dan harapan (raja’) pun berpadu dalam kerangka penghambaan yang luhur karena kesuksesan dunia itu dipergilirkan. Bersamaan dengan itu pula keimanan yang bersemayam mencapai titik kulminasi.

Penilaian bukan dilakukan pada titik ekstrim atas-bawah pada roda kehidupan, melainkan selama perputarannya menuju titik itu. Bagi seorang hamba yang memahami falsafah ini dengan benar, maka seperti tidak ada bedanya ketika ia berada di titik ekstrim manapun.

Dengan mengetahui bahwa penialain terhadap hidup yang cuma sekali ini didasarkan pada proses maka tiada hari tanpa melalaikan waktu. Karena proses adalah perjalanan waktu sedangkan hasil adalah waktu yang terhenti sejenak, mungkin hanya se per sekian detik saja. Sehingga produktivitias manusia akan mengalami progress yang menakjubkan. Seperti yang telah digoreskan sejarah pada masa kejayaan. Kholifah Umar bin Abdul Aziz, dimana semua orang telah mengalami apa yang disebut kesuksesan dunia. Sampai-sampai para pemberi zakat harus mencari-cari kaum dhuafa ke seluruh pelosok negeri.

Ikhtiar yang optimal telah dilakukan dengan memahami kedudukan proses terhadap hasil. Kini, tinggal menambahkan prasyarat kedua yaitu do’a yang ikhlas. Keikhlasan merupakan simbol penghambaan yang mendasar, bahwa Allah adalah penentu segala sesuatu. Dia yang ikhlas bukan hanya pemahaman atas sesuatu, melainkan karena itu adalah kebutuhan dasar manusia.

Manusia diciptakan dengan naluri untuk diayomi dan merasa tenagn ketika ada yang menjaganya. Karena itulah manusia mutlak bermuamalah. Namun, manusia atau makhluk lain tidak akan pernah mampu memenuhi kebutuhan ini secara tuntas. Manusia membutuhkan pengayoman dan penjagaan setiap saat dan hanya ada satu yang mampu, Allah Yang Maha Besar.

www.eramuslim.com



Dear Ukhti

DEAR UKHTI...


Ukhti…,

Apa kabar imanmu hari ini

Semoga selalu menapak maju

Apa kabar hatimu hari ini

Semoga selalu bersih dari debu juga kelabu

Apa kabar cintamu hari ini

Semoga selalu berpeluh rindu pada-Nya…

Ukhti…,

Sungguh indah hidup setelah menikah

Apa yang sebelumnya haram menjadi halal

Semua perbuatannya mendapat pahala yang berlimpah di sisi-Nya

Suka duka dilalui berdua

Senang sedih ada yang menemani

Tawa dan tangis pun bersama

Ukhti…,

Menikah adalah setengah dien

Dan ia menggenapkan dien menjadi Saturday sungguh, menikah seperti melihat dunia lain yang tiada pernah dikungjungi sebelumnya

Apa yang tidak bisa dilihat sebelum menikah kini tidak lagi

Seakan membuka mata kanan yang sebelumnya belum pernah dibuka

Begitu luas, begitu indah, haingga Rasul pun menyunnahkan suatu pernikahan ini

“Bukan termasuk ummatku, jika ia berkeinginan tidak menikah…”

Ukhti…,

Menikah adalah keputusan besar dari suatu perjanjian berat

pernah ada yang berkata…

“Saat akad diucapkan Arsy tertinggi berguncang karena suatu perjanjian berat diucapkan, karena itu saat akad terjadi ada tangis disana…, tangis suka, tangis duka…”

Allah menjadi saksi karena Dia Yang Maha Melihat lagi Menatap

Dan setiap undangan yang datang akan mendoakan pernikahan ini

Ukhti… yang sedang menanti “terkasih”

Nanti-lah ia dengan sabar

Sungguh Allah Maha Tahu yang terbaik untuk dirimu

Siapkan dirimu, hatimu…

Sangat mudah bagiNya memberikan “terkasih” untukmu ataupun tidak

Berharap dan mintalah padaNya…

Pemilik alam raya dan pencipta “terkasih”mu

Ukhti… yang sedang menjelang akad

Berdoa-lah selalu padaNya

Penentu segalaNya

Mohon petunjukNya jika “terkasih” adalah yang terbaik untukmu

Kemudahan, juga kelancaran dalam peristiwa besar nanti

Sungguh, Allah Maha Tahu yang terbaik untuk dirimu…

Siapkan dirimu, hatimu…

Ukhti… yang telah menikah

Jagalah nikmatNya yang besar ini

Hanya dengan izinNya dirimu dan “terkasih”mu bersatu, tiada yang lain

Jadilah penyejuk hati dan pandangannya

Menjadi istri sholehah dambaan…

Ukhti…

Bahagiamu adalah bahagiaku

Sedihmu juga sedihku

Tawamu, tawaku juga

Tangismu adalah tangisku

Semoga Allah Yang Maha Indah,

Memudahkan langkah ini…

Memberikan yang terbaik menurutNya

Dan menjadikan wanita dan istri juga ibu sholehah

Taken from:

-prayoga.net-